Oleh : Dude
Komunitas
merupakan sekelompok orang yang saling berinteraksi di dalam dengan tujuan tertentu. Di
Indonesia yang namanya komunitas sangat banyak. Ada komunitas geng motor, ada
komunitas taman baca, komunitas perantau dan sebagainya. Komunitas itu sendiri
juga memiliki tujuan tergantung kemana mereka akan mengarahkan masa depannya. Pertanyaannya
adalah anda masuk dalam komunitas mana?, sudah cocokah dengan kemauanmu dalam
komunitas itu?. Dalam kesempatan ini penulis akan sedikit sharing tentang materi
diatas. Sebelum memulai untuk menguraikan tentang judul diatas alangkah baiknya anda tarik nafas terlebih dahulu pun ada kopi sedup terlebih dahulu dan jangan lupa untuk mengaktifkan kembali cahaya akal anda agar
tidak baper apalagi sampai pada tahap sensitive.
Dalam
satu kesempatan tepatnya diwarung lampung, penulis dan dua orang sahabatnya bernama Aris Adi Saputra dan Indra sedang sharing tentang
pengalamannya dalam komunitas. Di sini kami sedang bertukar pikiran, saling
memberikan pendapat dengan dasar “diskusi akan dilanjutkan dengan prinsip
bedah pendapat adalah symbol keunikan yang tidak boleh dipaksakan untuk
mengikuti pendapat yang lain, selama ada dasar maka itu adalah sah”. Mari
kita bahas satu persatu.
“Pembina
Paling Berperan”
Bagi penulis Pembina
adalah sosok yang perlu di contoh di jadikan panutan, sebab beliau adalah orang
yang di dalam hatinya di tanamkan dengan nilai-nilai Pendidikan, sedangkan
hakikat Pendidikan
itu sendiri adalah perubahan. Lebih jauh lagi bahwa pembina memiliki sifat
membina, membimbing, mengarahkan seperti kata dasarnya yaitu bina.
Indra adalah pemikir dari kalangan akal sehat. Ia menyampaikan “bagi saya pembina itu sangat berperan dalam kehidupan komunitas. Apalagi ketika pulang beliau adalah sosok yang menjadi kiblat masyarakat Batuatas. Sehingga dengan itu semua orang tua tidak tanggung-tanggung untuk menyekolahkan anaknya bersama pembina di luar daerah.”
Begitu juga dengan apa yang di sampaikan oleh Aris Adi Saputra seorang pengamat dari kalangan Intelektual. Ia menyampaikan bahwa “pembina itu sangat berperan penting dalam kemajuan komunitas ini. Di kenal, dikenang itu karena usaha yang dilakukan beliau”. Kita tau bahwasannya semua berperan penting tapi kita bisa karena ada yang memulai di didik dan hasil didikan itulah menjadi generasi yang baik dan akan menjadi pendidik. Asal muasal itu adalah pembina. Jadi bisa dikatakan bahwa pembina adalah mata air yang mengalir tanpa ada batas kemana akan berakhir dan berhenti.
“Keunggulan
Komunitas Di Mata Masyarakat”
Bagi penulis komunitas inilah tempat
bernaung, besar kecilnya serta luas sempitnya pemikiran dimulai dari komunitas
ini. Suka tidak suka merupakan hal yang wajar dalam suatu perkumpulan. Belajar menerima
perbedaan juga suatu seni yang dimulai juga dari komunitas ini yang kemudian
menjadi kekuatan tambahan adalah kegiatan-kegiatan ekstra seperti menghadiri
kajian-kajian yang di selenggarakan oleh organisasi lain.
Terntu panas dinginnya akan kita rasakan
serta kejenuhan akan tetap ada, tergantung bagaimana anda bersikap. Semakin
pandai menempatkan posisi maka semakin terbiasa menghadapi hal-hal yang
sebelumnya kita belum pernah kita temukan. Di mata masyarakat kita akan selalu
dihadapkan dengan suatu tantangan. Tanpa disadari komunitas akan selalu di
lirik masyarakat, baik buruknya, bermanfaat tidaknya itu semua akan menjadi
catatan bagi masyarakat.
Menurut Aris Adi Saputra “Komunitas
ini besar karena nilai positif yang di berikan oleh masyarakat kepada kita,
sebab adanya generasi tiap tahunnya merupakan adalah tanda keberhasilan. Sikap yang ditampilkan di
masyarakat akan menjadi catatan hingga seterusnya. Baik maka akan mendapatkan pujian
tapi jika buruk maka nilai negatiflah yang akan di ingat masyarakat.
Hal ini juga disampaikan oleh Indra bahwa
“ kita di berikan nilai positif karena ada yang di unggulkan dengan perkumpulan
lain yaitu intelektual kita serta nilai-nilai keagamaan yang
dibangun saat pulang di kampung halaman. Orang tua tidak sungkan lagi untuk
menyekolahkan anaknya di luar daerah jika hal-hal yang di atas telah menjadi kebiasaan
dirinya di masyarakat.
Tidak
bisa dipungkiri bahwa kebiasaan sebelum dan setelah bergabung di komunitas
pasti akan mengalami yang namanya dinamika tergantung masing-masing bagaimana
ia mengolahnya. Misalnya kebiasaan merokok. Hal ini tidak bisa disalahkan sebab
ini telah menjadi kebiasaan yang sebelumnya sudah ada dan tumbuh dalam diri individu
bahkan telah subur mejadi salah satu yang wajib ada pada individu itu sendiri. Hal
ini disampaikan oleh Aris Adi Saputra bahwa : “saya menghargai apa
yang disampaikan oleh senior atau pembina agar tidak merokok di rumah. Dan saya
sadar bahwa suatu kesalahan jika itu di laksanakan, tapi bukan berarti ini menjadi
suatu larangan untuk tidak di lakukan. Saya memiliki hak yang tidak bisa di
ganggu gugat oleh orang lain, sadar dan tidak sadarnya itu yang mulai adalah
diri sendiri. Jadi jangan memaksa untuk berubah apalagi sambil menghakimi.
Hal ini juga disampaikan oleh Indra bahwa : “sampaikan apa yang menjadi kebenaran bagimu tapi jangan menuntut saya untuk mengikuti itu. apa yang disampaikan atau di nasehati jika itu cocok dengan akal pikiranku maka saya akan ikuti tapi jika itu bertentangan mohon maaf jangan memaksa sebab pemaksaan hanya akan menghadirkan korban. Yaitu korban kebencian.
Apakah
Tidak Berani Membuka Suara Jika Tidak Sesuai Dengan Pikiran?
Aris Adi Saputra berkata : “kalau masalah
buka suara atau mengkritik saya ragu, sebab saya pernah melakukan itu di senior.
Ia bilang saya kritik seolah-olah saya tidak menghargai dia, ketika dikritik
seolah-olah saya sudah berani melawan. Padahal ia melakukan kepada kita tanpa ada
rasa pertimbangan. Mereka bisa melakukan kepada junior sedangkan junior tidak
bisa. Kenapa begitu?
Berbeda
dengan apa yang di sampaikan oleh Indra bahwa : “saya bersikap biasa
saja, saya tetap menghargai mereka. Tapi perlu di ingat bukan berarti bersikap
biasa saja saya tidak bisa buka suara atau mengkritik. Hal itu bisa saja di
lakukan jika sudah keterlaluan, melakukan kepada kita sudah tidak sewajarnya
misalnya terlalu menekan, melarang berlaku kasar”.
Indra menambahkan bahwa “sebesar apapun nasehat yang diberikan dan sebaik apapun tidak akan berubah karena akan ada waktu sendiri untuk berubah”
Apa Yang Dirasakan Di Komunitas?
Aris berpendapat bahwa “sebenarnya pada dasarnya komunitas itu asyik, indah, senang damai jika dilakukan dengan penuh cinta, bisa menerima yang namanya perbedaan pendapat. Tapi akan merasakan berbanding terbalik jika hal itu dilakukan dengan penuh kesengsaraan yaitu selalu ditekan, kita harus mengikuti maunya, tidak bisa di bebaskan/bergerak sesuai dengan kehendak kita. Apalagi ada senior yang sensitive dengan hal hal tertentu walau tidak semua.
Menurut penulis : semua itu harus di sikapi dengan semestinya, senior wajar memberikan jalan yang baik bahkan di tuntut untuk memberikan yang terbaik diantara yang baik, tapi bukan berarti junior tidak layak untuk memberikan suatu hadiah berupa kritikan yang dianggap tidak sesuai dengan pikirannya.
Note : Jika marah berarti ia sedang tidak baik baik saja, memulai dengan marah maka hanya akan berakhir dengan rasa malu. Tak perlu baper, tak perlu sensitive, salah perbaiki benar di tingkatkan. Mudah bukan??
SELAMAT
MEMBACA!!! semoga bisa bermanfaat….SALAM CAHAYA AKAL
Comments
Post a Comment