![]() |
Pentingnya Pendidikan |
INTELEKTUAL HARUS SEBANDING DENGAN GELAR
Pendidikan adalah sebuah kunci terpenting untuk diraih sebagai bentuk kesadaran orang tua untuk anaknya dalam mewujudkan masa depan yang lebih cemerlang. Seorang tokoh Ahli Pendidikan yaitu KH Dewantoro menjelaskan pentingnya pendidikan, yaitu: pendidikan merupakan kebutuhan dalam kehidupan tumbuh kembang anak, adapun maknanya, pendidikan harus mengarahkan semua kekuatan alam yang ada pada anak agar mereka, sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat, dapat mencapai tujuan pendidikan. keamanan dan kebahagiaan tertinggi.
Pendidikan memegang peranan penting dalam
keberhasilan seseorang dalam masa produksi. Pendidikan membantu setiap orang
untuk mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya. kompotensi tersebut
dapat dioptimalkan, maka setiap orang dapat memilih jalur Pendidikan yang ingin
mereka lewati. Pendidikan dapat berlangsung baik formal maupun informal maupun
tidak resmi. Ketiga jenis pendidikan tersebut memiliki karakteristik
masing-masing dalam menjadikan manusia sebagai pribadi yang berilmu dan
beradab.
Jika dilihat lebih jauh tentang jenjang
Pendidikan itu sendiri maka dapat dibedakan bahwa ada Pendidikan Formal. Non
formal, dan Informal. Pendidikan formal
adalah adalah pendidikan yang dilaksanakan di sekolah-sekolah pada umumnya.
Lintasan pendidikan ini memiliki jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari
pendidikan dasar, pendidikan menengah dan diakhiri dengan pendidikan tinggi.
Pendidikan non formal Menurut Sudjana (2010:13), adalah salah satu dari
sekian banyak istilah yang muncul dalam penelitian pedagogis pada akhir tahun
tujuh puluhan. Serta Pendidikan informal adalah cara pendidikan yang dilakukan oleh keluarga
dan lingkungan.
Dari uraian diatas dapat dilihat dan
disimpulkan bahwa begitu pentingnya Pendidikan ditanamkan di usia dini sehingga
kemampuannya baik dilingkungan masyarakat atau disekolah bisa seimbang
berdasarkan apa yang ditanam yaitu Pendidikan itu sendiri.
Menurut penulis pada dasarnya Pendidikan
dapat menjadikan orang merubah lebih baik, karena hakikat Pendidikan bukan
karena telah menempuh atau menyelesaikan S1, Magister, S3 melainkan bagaimana
dengan gelar itu mampu menciptakan suatu perubahan yang dinamis termaksud
bagaimana ia bertutur kata, bertingkah laku, cara berpikir serta moralitas yang
dibangun dengan baik di masyarakat terlebih kepada keluarganya sendiri. Atau
dengan kata lain bahwa Hakikat pendidikan itu sendiri lebih fokus pada
pembentukan watak (kepribadian/identitas) seseorang. Setiap tahap pelatihan
dinilai dan dipantau dengan cermat untuk memperjelas bahwa menjadi potensi
positif seseorang yang perlu dikembangkan dan menjadi faktor negatif bagi
seseorang yang perlu disikapi . Akar karakter ada dalam cara berpikir dan dalam
cara merasakan seseorang. Berdasarkan dari hakikat
Pendidikan itu dapat disadari bahwa dengan Pendidikan ; keseimbangan,
kestabilan serta tersusunnya cara pandang seseorang akan menjadi teratur
terlepas jenjang apa yang digeluti.
Orang tua sangat menginginkan jika anaknya
memiliki Pendidikan yang tinggi. Tidak bisa dipungkiri bahwa harapan orang tua
adalah yang terbaik tentunya, alasan yang biasa diungkapkan adalah karena untuk
mengangkat derajat seseorang distatus sosialnya. Sebuah niat yang baik untuk
dilakukan jika hal demikian berbanding lurus dengan keadaan internal yakni
dalam diri itu sendiri. Jika digali lebih dalam dengan berpijak pada satu
premis yang dibungkus dalam pertanyaan yaitu ; apakah dengan tingginya
Pendidikan yang diraih seseorang menjadikan jaminan akan tercapainya suatu
harapan yang diinginkan serta tidak bergeser pada hakikat Pendidikan itu
sendiri seperti yang sudah diauraikan di atas?, apakah akan berbanding lurus hakikat
Pendidikan dengan keadaan seseorang yang menempuhnya terkhusus kepada cara
berpkirnya? Apakah dengan tingginya pendidikan yang ditempuh adalah cara
terakhir dari suatu priteks bahwa ia telah bijak dalam kehidupan terkhusus
kepada lingkungan keluarganya?.
Sangat ironi jika pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan memiliki jawaban yang terbalik. Serta tidak bisa ditepikan jika pertanyaan itu diberikan kepada seseorang maka jawaban yang diberikan akan memiliki varian sesuai perspektif yang mereka alami. Penulis akan mencoba gali sedikit demi sedikit menguraikan pertanyaan diatas tanpa menyimpang dari arti penting dari hakikat pendidikan itu sendiri.
1
Iblis Menjadi Panutan Sebagian Para
Sarjanawan
Tidak bisa dipungkiri bahwa Sebagian sarjana telah menjadikan panutan iblis itu sendiri terutama mereka yang telah menyelasikan studinya bahkan lanjut pada tahap berikutnya. Panutan yang dimaksud bukan karena sebuah ikrar yang keluarkan melainkan karakter yang ditampikan dalam kehidupan sehari-hari bisa dideteksi dengan memberikan perbandingan sifat iblis itu sendiri. Amatilah orang yang menyelasikan studinya atau bahkan melanjutkan lebih tinggi, Sebagian dari mereka memiliki nilai-nilai dan menerapkan apa yang telah didapatkan diperguruan tinggi, sebagiannya juga justru berbanding terbalik. Mereka yang suka merendahkan orang yang berbeda status, mereka menginginkan untuk dikultuskan, didengar, diperhatikan dan lain sebagainya. Bukankah hal demikian justru berbanding terbalik dengan hakikat Pendidikan itu sendiri yang ditanamkan untuk kemaslahatan orang lain. Baca Juga : Sudah Sarjana Tapi Berjiwa Iblis
2
Membanggakan Gelar Hingga Lupa Cara
Bijak
Kedunguan yang dialami oleh orang
yang membanggakan gelar biasanya akan lupa bagaimana untuk bijak, bijak adalah
orang yang mampu menempatkan sesuatu pada posisinya, orang yang mampu
menyeimbangan keadaannya, orang yang menundukan rasa egonya, orang yang mengerti
orang lain.
Banyaknya orang yang mengedepankan
gelarnya akan menjadi budak untuk dirinya sendirinya,sebab ia telah menghalangi
dan mencampuradukan hakikat Pendidikan dengan keadaan sosial yang merugikan di
dalam dirinya sendiri yang mana telah ia tempuh selama bertahun tahun. Bukankah
demikian adalah hal yang merugikan. Kemampuannya di dunia Pendidikan tidak
berbanding lurus dengan keadaan sosial. Maunya hanya untuk ditaati apa yang
diucapkan, karena gelar ia kedepankan, ia tidak mengerti konsep bijak dan taat.
Padahal adagiumnya adalah orang yang bijak akan dijadikan sebagai ketaatan yang
melihat. Semakin tinggi rasa bijak yang digunakan maka semakin tinggi pula orang
akan taat apa yang menjadi sifat bijaknya.
Mencermati keadaan-keadaan demikian
tentu merupakan suatu kerisauan yang mendalam sebab hanya casing saja yang
ditampilkan tapi kualitasnya nihil. Apa yang perlu dibanggakan jika hal itu
terjadi didepan mata anda. Apakah tetap menghargai pendidikannya atau status
usianya saja.
3
Tidak Mengerti Konsep Kelenturan
Kelenturan adalah hal yang sering
dilalaikan oleh orang-orang karena hal itu juga merupakan salah satu elemen
penting meningkatkan stabilitas pribadi dalam menmbaca keadaan yang serentak. Kelenturan
sebenarnya harus dimiliki oleh semua orang karena juga bagian dari keseimbangan
dirinya dalam menahan rasa emosional yang disesbabkan oleh pengaruh eksternal. Pendidikan
telah mengajarkan bagaimana kita harus bersikap dalam menghadapi hal -hal yang
semacam itu. Pendidikan juga seharusnya telah menjadikan pribadi kita lebih
dewasa dalam melihat keadaan yang ada tanpa didikte oleh orang lain. kelihaian
itu sebenarnya tidak layak lagi dipertanyakan atau diperdebatkan kepada mereka
yang sudah menempuh Pendidikan yang lebih tinggi. Karena esensinya adalah
mereka telah dibiasakan selama bertahun-tahun didunia Pendidikan yang didalamnya
memiliki karakter, moral dan berbagai perbedaan yang ada baik itu budaya,
perspektif maupun nilai-nilai yang dianut dalam wilayah tersebut. Keberagaman demikian
adalah bentuk perwujudan bahwa kemampuan yang ada pada dirinya telah menjadi symbol
yang khas pada dirinya.
Berbanding terbalik jika kemampuan
itu tidak ada pada dirinya sendiri, ia hanya bisa memerintah karena kedunguannya,
ia hanya bisa memberikan tekanan tanpa ada balancing yang reel pada orang lain,
ia hanya bisa mengandalkan gelar yang diperoleh tanpa mengerti nilai-nilai yang
sudah ia tempuh di dalam perguruan tinggi. Hal semacam itu adalah sebuat
keprihatinan yang semestinya harus dibenari lagi atau radikalnya sekolah Kembali
dan belajar dengan sungguh-sungguh.
4
Mudah Baper Alias Di Dikte Orang Lain
Baper jika dimaknai sebagai membawa
perubahan maka apresiasi yang tinggi untuknya. Berbeda jika dimaknai sebagai bawa
perasaan, sedikit-sedikit ambil hati ketika ada ada masalah yang didengar oleh
orang lain tanpa diklarifikasi terlebih dahulu. Prioritas kepada orang lain
lebih dijunjung dibandingakan dengan keilmuan yang dimilikinya sendiri. Sebuah kebodohan
yang nyata dan tidak perlu ditolerir dengan keadaan semacam itu. apa yang perlu
dibanggakan dengan gelar yang makin tinggi tapi kebodohan juga tinggi pada
dirinya sendiri. pribadi termaksud lingkungan keluarga kita adalah bentuk dari
pemeliharaan dari dikte orang lain kepada diri sendiri yang menjadikan terpecah
belahnya kedekatan dengan keluarga kita hanya karena mudah mempercayai apa yang
dikatakan orang lain.
Esensinya ketika menempuh Pendidikan yang
tinggi juga harus sejalan dengan kecerdasan dalam memelihara akal sehat kita. Berita-berita
yang kelur dari mulut orang lain semestinya tidak bisa ditelan mentah-mentah. Sebab
bisa jadi yang memberikan berita itu adalah bentuk yang dilakukan orang lain
kepada kita karena merasa iri dengan keadaan kita yang luar biasa, sehingga pembicaraan-pembicaraan
itu bentuk dari kehancuran antar orang terdekat kita (keluarga).
Sebuah hinaan yang besar untuk
dirinya sendiri karena ia tidak menghargai titik keringat yang sudah ia tempuh
bertahun-tahun hanya untuk mendapatkan gelar dan ijazah. Bukannya menetralisir
keadaan jika sudah terpecah diantara mereka malah menjadikannya gelap, ia
terlalu mudah dan murah terdikte dengan lingkungan, seharusnya sifat dan jati
dirinya mahasiswa harus ditanamkan dirinya walau tidak memakai atributnya lagi,
malah ia membuat perpecahan dan permusuhan
diantara mereka sendiri. sunguh sebuah kedunguan yang besar jika “berdalil
sayang dengan beralaskan pada omongan orang lain, sayang ketika meminta dan
benci karena merasa tidak dihargai.”
Tulisan ini ditujukan kepada siapa saja yang cinta akan pendidikan, yang menginginkan perubahan, yang mengharapkan kebebasan dari keterbelengguan gelar yang berujung pada kedunguan Permanen.
Semoga Bermanfaat.. Jangan Baper..baper hanya orang yang tidak makan sehari semalam
Comments
Post a Comment