Skip to main content

Entri yang Diunggulkan

DEGRADASI INOVASI PENGURUS PER PERIODE KOMUNITAS SANG MUSAFIR BERDAMPAK PADA EKSISTENSI?!

                                  Penulis Dude     Komunitas Sang Musafir yang lahir pada 31 Juli 2016, menjadi wadah bagus kepada generasi yang melanjutkan studinya di Ponorogo, setiap tahunnya mencetak kurang lebih 20 orang kini telah berlangsung hingga per hari ini 2024.               Semakin bertambahnya kuantitas per tahun menjadi sorotan akan kualitas yang dimiliki para kader. Pengurus yang dalam hal ini adalah fasilitator lembaga seharusnya menyiapkan berbagai instumen penting dalam mendukung keberlangsungan lembaga.           Pengurus komunitas yang per tahunnya terjadi pergantian seharusnya menjadi simbolik bahwa rejuvenasi dalam lembaga harus  terus berlanjut sesuai dengan kebutuhan kader dan mengikuti perkembangan zaman.           Struktur kepengurusan yang dilahirkan cukup baik oleh generasi p...

PENDIDIKAN TINGGI MALAH OTAK KECIL

 

Pentingnya Pendidikan

INTELEKTUAL HARUS SEBANDING DENGAN GELAR

Pendidikan adalah sebuah kunci terpenting untuk diraih sebagai bentuk kesadaran orang tua untuk anaknya dalam mewujudkan masa depan yang lebih cemerlang. Seorang tokoh Ahli Pendidikan yaitu KH Dewantoro menjelaskan pentingnya pendidikan, yaitu: pendidikan merupakan kebutuhan dalam kehidupan tumbuh kembang anak, adapun maknanya, pendidikan harus mengarahkan semua kekuatan alam yang ada pada anak agar mereka, sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat, dapat mencapai tujuan pendidikan. keamanan dan kebahagiaan tertinggi.

Pendidikan memegang peranan penting dalam keberhasilan seseorang dalam masa produksi. Pendidikan membantu setiap orang untuk mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya. kompotensi tersebut dapat dioptimalkan, maka setiap orang dapat memilih jalur Pendidikan yang ingin mereka lewati. Pendidikan dapat berlangsung baik formal maupun informal maupun tidak resmi. Ketiga jenis pendidikan tersebut memiliki karakteristik masing-masing dalam menjadikan manusia sebagai pribadi yang berilmu dan beradab.

Jika dilihat lebih jauh tentang jenjang Pendidikan itu sendiri maka dapat dibedakan bahwa ada Pendidikan Formal. Non formal, dan Informal. Pendidikan formal adalah adalah pendidikan yang dilaksanakan di sekolah-sekolah pada umumnya. Lintasan pendidikan ini memiliki jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah dan diakhiri dengan pendidikan tinggi. Pendidikan non formal Menurut Sudjana (2010:13), adalah salah satu dari sekian banyak istilah yang muncul dalam penelitian pedagogis pada akhir tahun tujuh puluhan. Serta Pendidikan informal adalah cara pendidikan yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan.

Dari uraian diatas dapat dilihat dan disimpulkan bahwa begitu pentingnya Pendidikan ditanamkan di usia dini sehingga kemampuannya baik dilingkungan masyarakat atau disekolah bisa seimbang berdasarkan apa yang ditanam yaitu Pendidikan itu sendiri.

Menurut penulis pada dasarnya Pendidikan dapat menjadikan orang merubah lebih baik, karena hakikat Pendidikan bukan karena telah menempuh atau menyelesaikan S1, Magister, S3 melainkan bagaimana dengan gelar itu mampu menciptakan suatu perubahan yang dinamis termaksud bagaimana ia bertutur kata, bertingkah laku, cara berpikir serta moralitas yang dibangun dengan baik di masyarakat terlebih kepada keluarganya sendiri. Atau dengan kata lain bahwa Hakikat pendidikan itu sendiri lebih fokus pada pembentukan watak (kepribadian/identitas) seseorang. Setiap tahap pelatihan dinilai dan dipantau dengan cermat untuk memperjelas bahwa menjadi potensi positif seseorang yang perlu dikembangkan dan menjadi faktor negatif bagi seseorang yang perlu disikapi . Akar karakter ada dalam cara berpikir dan dalam cara merasakan seseorang. Berdasarkan dari hakikat Pendidikan itu dapat disadari bahwa dengan Pendidikan ; keseimbangan, kestabilan serta tersusunnya cara pandang seseorang akan menjadi teratur terlepas jenjang apa yang digeluti.

Orang tua sangat menginginkan jika anaknya memiliki Pendidikan yang tinggi. Tidak bisa dipungkiri bahwa harapan orang tua adalah yang terbaik tentunya, alasan yang biasa diungkapkan adalah karena untuk mengangkat derajat seseorang distatus sosialnya. Sebuah niat yang baik untuk dilakukan jika hal demikian berbanding lurus dengan keadaan internal yakni dalam diri itu sendiri. Jika digali lebih dalam dengan berpijak pada satu premis yang dibungkus dalam pertanyaan yaitu ; apakah dengan tingginya Pendidikan yang diraih seseorang menjadikan jaminan akan tercapainya suatu harapan yang diinginkan serta tidak bergeser pada hakikat Pendidikan itu sendiri seperti yang sudah diauraikan di atas?, apakah akan berbanding lurus hakikat Pendidikan dengan keadaan seseorang yang menempuhnya terkhusus kepada cara berpkirnya? Apakah dengan tingginya pendidikan yang ditempuh adalah cara terakhir dari suatu priteks bahwa ia telah bijak dalam kehidupan terkhusus kepada lingkungan keluarganya?.

Sangat ironi jika pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan memiliki jawaban yang terbalik. Serta tidak bisa ditepikan jika pertanyaan itu diberikan kepada seseorang maka jawaban yang diberikan akan memiliki varian sesuai perspektif yang mereka alami. Penulis akan mencoba gali sedikit demi sedikit menguraikan pertanyaan diatas tanpa menyimpang dari arti penting dari hakikat pendidikan itu sendiri. 

1        Iblis Menjadi Panutan Sebagian Para Sarjanawan

Tidak bisa dipungkiri bahwa Sebagian sarjana telah menjadikan panutan iblis itu sendiri terutama mereka yang telah menyelasikan studinya bahkan lanjut pada tahap berikutnya. Panutan yang dimaksud bukan karena sebuah ikrar yang keluarkan melainkan karakter yang ditampikan dalam kehidupan sehari-hari bisa dideteksi dengan memberikan perbandingan sifat iblis itu sendiri. Amatilah orang yang menyelasikan studinya atau bahkan melanjutkan lebih tinggi, Sebagian dari mereka memiliki nilai-nilai dan menerapkan apa yang telah didapatkan diperguruan tinggi, sebagiannya juga justru berbanding terbalik. Mereka yang suka merendahkan orang yang berbeda status, mereka menginginkan untuk dikultuskan, didengar, diperhatikan dan lain sebagainya. Bukankah hal demikian justru berbanding terbalik dengan hakikat Pendidikan itu sendiri yang ditanamkan untuk kemaslahatan orang lain. Baca Juga : Sudah Sarjana Tapi Berjiwa Iblis


2        Membanggakan Gelar Hingga Lupa Cara Bijak

Kedunguan yang dialami oleh orang yang membanggakan gelar biasanya akan lupa bagaimana untuk bijak, bijak adalah orang yang mampu menempatkan sesuatu pada posisinya, orang yang mampu menyeimbangan keadaannya, orang yang menundukan rasa egonya, orang yang mengerti orang lain.

Banyaknya orang yang mengedepankan gelarnya akan menjadi budak untuk dirinya sendirinya,sebab ia telah menghalangi dan mencampuradukan hakikat Pendidikan dengan keadaan sosial yang merugikan di dalam dirinya sendiri yang mana telah ia tempuh selama bertahun tahun. Bukankah demikian adalah hal yang merugikan. Kemampuannya di dunia Pendidikan tidak berbanding lurus dengan keadaan sosial. Maunya hanya untuk ditaati apa yang diucapkan, karena gelar ia kedepankan, ia tidak mengerti konsep bijak dan taat. Padahal adagiumnya adalah orang yang bijak akan dijadikan sebagai ketaatan yang melihat. Semakin tinggi rasa bijak yang digunakan maka semakin tinggi pula orang akan taat apa yang menjadi sifat bijaknya.

Mencermati keadaan-keadaan demikian tentu merupakan suatu kerisauan yang mendalam sebab hanya casing saja yang ditampilkan tapi kualitasnya nihil. Apa yang perlu dibanggakan jika hal itu terjadi didepan mata anda. Apakah tetap menghargai pendidikannya atau status usianya saja.

3        Tidak Mengerti Konsep Kelenturan

Kelenturan adalah hal yang sering dilalaikan oleh orang-orang karena hal itu juga merupakan salah satu elemen penting meningkatkan stabilitas pribadi dalam menmbaca keadaan yang serentak. Kelenturan sebenarnya harus dimiliki oleh semua orang karena juga bagian dari keseimbangan dirinya dalam menahan rasa emosional yang disesbabkan oleh pengaruh eksternal. Pendidikan telah mengajarkan bagaimana kita harus bersikap dalam menghadapi hal -hal yang semacam itu. Pendidikan juga seharusnya telah menjadikan pribadi kita lebih dewasa dalam melihat keadaan yang ada tanpa didikte oleh orang lain. kelihaian itu sebenarnya tidak layak lagi dipertanyakan atau diperdebatkan kepada mereka yang sudah menempuh Pendidikan yang lebih tinggi. Karena esensinya adalah mereka telah dibiasakan selama bertahun-tahun didunia Pendidikan yang didalamnya memiliki karakter, moral dan berbagai perbedaan yang ada baik itu budaya, perspektif maupun nilai-nilai yang dianut dalam wilayah tersebut. Keberagaman demikian adalah bentuk perwujudan bahwa kemampuan yang ada pada dirinya telah menjadi symbol yang khas pada dirinya.

Berbanding terbalik jika kemampuan itu tidak ada pada dirinya sendiri, ia hanya bisa memerintah karena kedunguannya, ia hanya bisa memberikan tekanan tanpa ada balancing yang reel pada orang lain, ia hanya bisa mengandalkan gelar yang diperoleh tanpa mengerti nilai-nilai yang sudah ia tempuh di dalam perguruan tinggi. Hal semacam itu adalah sebuat keprihatinan yang semestinya harus dibenari lagi atau radikalnya sekolah Kembali dan belajar dengan sungguh-sungguh.

4          Mudah Baper Alias Di Dikte Orang Lain

Baper jika dimaknai sebagai membawa perubahan maka apresiasi yang tinggi untuknya. Berbeda jika dimaknai sebagai bawa perasaan, sedikit-sedikit ambil hati ketika ada ada masalah yang didengar oleh orang lain tanpa diklarifikasi terlebih dahulu. Prioritas kepada orang lain lebih dijunjung dibandingakan dengan keilmuan yang dimilikinya sendiri. Sebuah kebodohan yang nyata dan tidak perlu ditolerir dengan keadaan semacam itu. apa yang perlu dibanggakan dengan gelar yang makin tinggi tapi kebodohan juga tinggi pada dirinya sendiri. pribadi termaksud lingkungan keluarga kita adalah bentuk dari pemeliharaan dari dikte orang lain kepada diri sendiri yang menjadikan terpecah belahnya kedekatan dengan keluarga kita hanya karena mudah mempercayai apa yang dikatakan orang lain.

Esensinya ketika menempuh Pendidikan yang tinggi juga harus sejalan dengan kecerdasan dalam memelihara akal sehat kita. Berita-berita yang kelur dari mulut orang lain semestinya tidak bisa ditelan mentah-mentah. Sebab bisa jadi yang memberikan berita itu adalah bentuk yang dilakukan orang lain kepada kita karena merasa iri dengan keadaan kita yang luar biasa, sehingga pembicaraan-pembicaraan itu bentuk dari kehancuran antar orang terdekat kita (keluarga).

Sebuah hinaan yang besar untuk dirinya sendiri karena ia tidak menghargai titik keringat yang sudah ia tempuh bertahun-tahun hanya untuk mendapatkan gelar dan ijazah. Bukannya menetralisir keadaan jika sudah terpecah diantara mereka malah menjadikannya gelap, ia terlalu mudah dan murah terdikte dengan lingkungan, seharusnya sifat dan jati dirinya mahasiswa harus ditanamkan dirinya walau tidak memakai atributnya lagi, malah ia membuat perpecahan  dan permusuhan diantara mereka sendiri. sunguh sebuah kedunguan yang besar jika “berdalil sayang dengan beralaskan pada omongan orang lain, sayang ketika meminta dan benci karena merasa tidak dihargai.”

 

Tulisan ini ditujukan kepada siapa saja yang cinta akan pendidikan, yang menginginkan perubahan, yang mengharapkan kebebasan dari keterbelengguan gelar yang berujung pada kedunguan Permanen.

Semoga Bermanfaat.. Jangan Baper..baper hanya orang yang tidak makan sehari semalam

Comments

Popular posts from this blog

DEGRADASI INOVASI PENGURUS PER PERIODE KOMUNITAS SANG MUSAFIR BERDAMPAK PADA EKSISTENSI?!

                                  Penulis Dude     Komunitas Sang Musafir yang lahir pada 31 Juli 2016, menjadi wadah bagus kepada generasi yang melanjutkan studinya di Ponorogo, setiap tahunnya mencetak kurang lebih 20 orang kini telah berlangsung hingga per hari ini 2024.               Semakin bertambahnya kuantitas per tahun menjadi sorotan akan kualitas yang dimiliki para kader. Pengurus yang dalam hal ini adalah fasilitator lembaga seharusnya menyiapkan berbagai instumen penting dalam mendukung keberlangsungan lembaga.           Pengurus komunitas yang per tahunnya terjadi pergantian seharusnya menjadi simbolik bahwa rejuvenasi dalam lembaga harus  terus berlanjut sesuai dengan kebutuhan kader dan mengikuti perkembangan zaman.           Struktur kepengurusan yang dilahirkan cukup baik oleh generasi p...

SARJANA BERJIWA IBLIS ?

Penulis : Dude Sahabat yang memiliki cahaya akal sehat. Apa yang anda fikirkan tentang judul diatas? Apakah anda sudah ada bayangan dengan uraian dari tema diatas? Apakah anda penasaran dengan kalimat di atas? Apakah anda bertanya-tanya akan diarahkan kemana kalimat diatas? ataukah anda bertanya tentang hubungan antara sarjana dan iblis?,Dalam kesempatan ini penulis akan lebih jauh lagi mengajak para pembaca untuk memahami eksistensi sarjana. Tapi Sebelum diuraikan lebih jauh lagi, penulis selalu mengingatkan agar Cahaya akalnya selalu di aktifkan biar tidak baper apalagi sensitive,, “Seluk beluk status sarjana” Sarjana adalah orang yang telah menyelesaikan studi Pendidikan-nya level strata satu(S1). Atau singkatnya adalah sarjana adalah mantan mahasiswa. Sebelum kearah sarjana kita mesti kenal dan harus paham lebih dalam tentang mahasiswa itu sendiri. Mahasiswa adalah orang yang menempuh pendidikannya di perguruan tinggi, atau singkatnya penulis menyebutnya mahasiswa adalah “kak...

KATA SAYANG BERAKHIR PADA PENINDASAN KAUM WANITA

  Penindasan terhadap Kaum Perempuan Tanpa kamu sadari kamu telah  menindas mereka   Apa yang anda pikirkan tentang kata penindasan? apakah hal tersebut adalah hal yang lumrah? apakah pantas kata itu di lekatkan kepada kaum Wanita? Kata penindasan sebenarnya sudah tidak asing lagi di kalangan mahasiswa. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia penindasan di artikan sebagai proses, cara menindas. Dilihat dari segi istilah menurut penulis penindasan di artikan sebagai cara yang dilakukan baik itu kelompok atau individu untuk memeras, memaksa, menekan, membatasi baik itu secara fisik maupun psikis. Saya yakin dan percaya bahwa pembaca telah banyak menemukan yang namanya penindasan baik dalam bentuk tulisan, cerita dari mulut kemulut, video yang di unggah di media sosial dan lain sebagainya. Tapi yang menjadi pertanyaan penting adalah bagaimana respon anda terhadap hal tersebut? Apakah anda adalah salah satu orang yang setuju akan adanya penindasan terhadap Wanita?, apakah ...