Skip to main content

Entri yang Diunggulkan

DEGRADASI INOVASI PENGURUS PER PERIODE KOMUNITAS SANG MUSAFIR BERDAMPAK PADA EKSISTENSI?!

                                  Penulis Dude     Komunitas Sang Musafir yang lahir pada 31 Juli 2016, menjadi wadah bagus kepada generasi yang melanjutkan studinya di Ponorogo, setiap tahunnya mencetak kurang lebih 20 orang kini telah berlangsung hingga per hari ini 2024.               Semakin bertambahnya kuantitas per tahun menjadi sorotan akan kualitas yang dimiliki para kader. Pengurus yang dalam hal ini adalah fasilitator lembaga seharusnya menyiapkan berbagai instumen penting dalam mendukung keberlangsungan lembaga.           Pengurus komunitas yang per tahunnya terjadi pergantian seharusnya menjadi simbolik bahwa rejuvenasi dalam lembaga harus  terus berlanjut sesuai dengan kebutuhan kader dan mengikuti perkembangan zaman.           Struktur kepengurusan yang dilahirkan cukup baik oleh generasi p...

BUMI GEGER PUNCAK KEJAYAAN KERAJAAN MAJAPAHIT YANG JARANG DIKETAHUI II Tinta Peradaban

Kerajaan Majapahit


Hayam wuruk (maharaja sri rajasanagara)yang merupakan raja ke-4 memerintah semenjak tahun 1350 hingga 1389 semasa pemerintahannya, majapahit mengalami puncak kejayaan. Tentu saja, puncak kejayaan yang ditandai dengan keberhasilan program ekspedisi wilayah kekuasaan wilayah Majapahit tesebut tidak dapat dilepaskan dengan peran Patih Gajah Mada.

Berdasarkan kakawin Nagarakaretagama pupuh XIII-XV, daerah kekuasaan Majapahit semasa pemerintahan Hayam Wuruk meliputi : Sumatera, Semenanjung Malaya, Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Nusa Tenggara, Maluku, Papua, Tumasik (Singapura) dan Sebagian kepulauan Gillipina. Sekalipun demikian, terdapat digaan bahwa daerah-daerah kekuasaan tersebut tidak berada di bawah kekuasaan yang berpusat Majapahit, melainkan berhubungan satu sama lain melalui perdagangan di bawah monopoli raja. Majapahit pula melakukan kerja sama dengan beberpa negara, semisal, Campa, Kamboja, Siam, Birma bagian selatan, dan Vietnam. Bahkan Majapahit pernah mengirimkan duta-dutanya ke Tiongkok.

Selain melakukan ekspedisi militer, Majapahit menempuh jalan diplomasi dan menjalin persekutuan. Barangkali dikarenakan dorongan politis, Hayam Wuruk berhasrat melamar Dyah Pitaloka Citraresmi.. Putri Prabu Linggabuana dari kerajaan Sunda. Sekalipun banyak pihak sunda tidak mensepakati perkawinan Hayam Wuruk dan Dyah Pitaloka yang sarat dengan kepentingan politis, namun Prabu Linggabuana  menerima lamaran tersebut. Karenanya pada tahun 1357, Prabu Linggabuan beserta rombongannya mengantarkan Dyah Pitaloka ke Majapahit untuk dinikahkan dengan Hayam Wuruk.

Sesampai rombongan Prabu Linggabuana di pesanggrahan Bubat, Gadjah Mada menangkap peluang untuk memaksa Sunda takluk pada Majapahit. Karena Prabu Linggabuan tidak bersedia, pertarungan antara keluarga kerajaan Sunda dengan tentara Majapahit tidak dapat terelakan. Meski dapat memerikan perlawanan, namun keluarga kerajaan sunda mengalami kekalahan. Hampir seluruh rombongan dari Sunda itu dapat dibinasakan secara keji oleh pasukan Majaphit.kisah tentang perang Bubat yang membawa kematian  Dyah Pitaloka karena bunuh diri itu menjjadi tema utama dalam naskah kidung sunda. Kisah tersebut pula disinggung dalam  serat pararatan, namun tidak pada kakawin Nagarakretagama.

 Pasca perang  Bubat yang berdampak  pada pelengseran Patih Gadjah Mada dari wilayah kota praja tersebut berangsur-angsur membawa masa suram Majapahit. Terlebih sesudah Gadjah Mada wafat pada tahun 1377, serta kemangkatan Hayam Wuruk pada tahun 1389. Masa suram yang ditandai denga intrik-intrik politik internal yang membawa perang paregrek.

Masa Keruntuhan Majapahit

Sesudah mencapai puncak kejayaan pada abad ke- 14 kekuasaan Majapahit berangsur-angsur melemah sesudah kemangkatan Hayam Wuruk, Majapahit memasuki masa kemunduran akibat konflik perebutan takhta kekuasaan antara Wikramawardha (menantu Hayam Wuruk yang menikah dengan Kusumawardhani) dengan Bhre Wirabhumi (putera Hayam Wuruk yang lahir dari Selir). Konflik perebutan takhta dengan berujung pada pernag paregrek yang diperkirakan terjadi pada tahun 1405-1406.

Akhir dari perang tersebut dimenangkan oleh Wikramawardhana. Sementara Bhre Wirabhumi yang berhasil ditangkap itu dipancung oleh Bhra Narapati (Raden Gajah). Akibata dari perang paregreg adalah melemahkan kendali Majapahit atas daerah- daerah taklukan di seberang.

Semasa pemerintahan Wikramawardhana, serangkaian ekspedisi laut Dinasti Ming yang dipimpin oleh laksamana Cheng Ho (jenderal muslin China) tiba di tanah Jawa antara kurun waktu 1405 hingga 1433. Sejak tahun 1430, ekspedisi Cheng Ho menciptakan komunitas muslim China dan Arab di beberapa kota Pelabuhan pantai utara Jawa, seperti Semarang, Demak, Tuban, dan Ampel.

Wikramawardhana memerintah sampai pada tahun 1426. Sepeninggal Wikramawardhana, takhta Majapahit di bawah kekuasaan Sri Suhita (1426-1447). Putri kedua Wikramawarhana yang lahir dari selir atau putri kedua Wirabhumi. Sesudah Sri Suhita wafat, takhta Majapahit diduduki oleh adik laki-lakinya yang Bernama Kertawijaya.

Raja berikutnya sesudah Kertawijaya meniggal pada tahun 1451 adalah Rajasawardhana (Bhre Pamotan). Rajasawardhana meninggal pada tahun 1453. Sepengiggal Rajaasawardhana, Majapahit mengalami kekosongan pemerintahan selama 3 tahun yakni dari 1453 hingga 1456.

Sesudah mampu mengatasi Krisis pewarisan takhta Majapahit, Girisawardhana yang merupakan putra Kertawijaya atau saudara Rajasawsardhana naik takhta pada tahun 1456. Sepeninggal Girisawardhana pada tahun 1466, Singkhawikramawardhana naik takhta pada tahun 1468. Semasa pemerintahan Singkhawikramawardhana ini terjadilah pemberontakan yang dilakukan oleh Bhrekertabhumi. Keponakan  Singkhawikramawadhana dari putera Rajaswardhana.

Karena tidak kuasa menghadapi  pemberontakan  Bhre Kertabhumi, Singhawikramawardhana melarikan diri sampai ke pedalaman Daha yang merupakan bekas Ibukota kerajaan kadiri. Di sana, Singhawikramawardhana wafat pada tahun 1474, kedudukannya sebagai raja digantikan oleh putranya yang Bernama Dyah Ranawijaya.

Melalui Dyah Ranawijaya yang kemudian memberontak takhta ekkuasaan Bhre Kertabhumi, Majapahit dengan pusat pemerintahan di Majakerta itu mengalami keruntuhan, DIdalam lingkup masyarakat Jawa, keruntuhan Majapahit tersebut dikenal dengan istilah Sirna Ilang Kertaning Bumi. Candra sengkal yang menunjuk tahun 1400 Saka atau 1474 Masehi.

Menurut Prasasti Jiyu dan Perak, Dyah Ranawijaya mengaku dapat menaklukan Bhre Kertabhumi serta memindahkan ibukota Majapahit dari Majkerta ke Daha. Peristiwa ini memicu perang antara Daha dengan penuasa Demak yang mengaku sebagai keturunan Bhre Kertabhumi. Peperangan ini dimengangkan oleh Demak pada tahun 1527. Dengan jatuhnya Daha yang dihancurkan oleh Demak, maka kekuatan kerajaan Islam pada awal abad ke-16 kemudian mampu mengalahkan sisa-sisa kerajaan Majapahit.

Struktur Pemerintahan Majapahit

Kerajaan Majapahit yang didirikan oleh Dyah Wijaya dan mengalami keruntuhan semasa pemerintahan Bhre Kertabhumi (ibukota Daha ) telah melahirkan sebanyak 12 (duabelas) raja, serta memiliki struktur pemerintahan yang tidak mengalami perubahan dari masa kemasa.

 

 Sumber : Buku Bumi Geger Kerajaan Majapahit

Comments

Popular posts from this blog

DEGRADASI INOVASI PENGURUS PER PERIODE KOMUNITAS SANG MUSAFIR BERDAMPAK PADA EKSISTENSI?!

                                  Penulis Dude     Komunitas Sang Musafir yang lahir pada 31 Juli 2016, menjadi wadah bagus kepada generasi yang melanjutkan studinya di Ponorogo, setiap tahunnya mencetak kurang lebih 20 orang kini telah berlangsung hingga per hari ini 2024.               Semakin bertambahnya kuantitas per tahun menjadi sorotan akan kualitas yang dimiliki para kader. Pengurus yang dalam hal ini adalah fasilitator lembaga seharusnya menyiapkan berbagai instumen penting dalam mendukung keberlangsungan lembaga.           Pengurus komunitas yang per tahunnya terjadi pergantian seharusnya menjadi simbolik bahwa rejuvenasi dalam lembaga harus  terus berlanjut sesuai dengan kebutuhan kader dan mengikuti perkembangan zaman.           Struktur kepengurusan yang dilahirkan cukup baik oleh generasi p...

SARJANA BERJIWA IBLIS ?

Penulis : Dude Sahabat yang memiliki cahaya akal sehat. Apa yang anda fikirkan tentang judul diatas? Apakah anda sudah ada bayangan dengan uraian dari tema diatas? Apakah anda penasaran dengan kalimat di atas? Apakah anda bertanya-tanya akan diarahkan kemana kalimat diatas? ataukah anda bertanya tentang hubungan antara sarjana dan iblis?,Dalam kesempatan ini penulis akan lebih jauh lagi mengajak para pembaca untuk memahami eksistensi sarjana. Tapi Sebelum diuraikan lebih jauh lagi, penulis selalu mengingatkan agar Cahaya akalnya selalu di aktifkan biar tidak baper apalagi sensitive,, “Seluk beluk status sarjana” Sarjana adalah orang yang telah menyelesaikan studi Pendidikan-nya level strata satu(S1). Atau singkatnya adalah sarjana adalah mantan mahasiswa. Sebelum kearah sarjana kita mesti kenal dan harus paham lebih dalam tentang mahasiswa itu sendiri. Mahasiswa adalah orang yang menempuh pendidikannya di perguruan tinggi, atau singkatnya penulis menyebutnya mahasiswa adalah “kak...

KATA SAYANG BERAKHIR PADA PENINDASAN KAUM WANITA

  Penindasan terhadap Kaum Perempuan Tanpa kamu sadari kamu telah  menindas mereka   Apa yang anda pikirkan tentang kata penindasan? apakah hal tersebut adalah hal yang lumrah? apakah pantas kata itu di lekatkan kepada kaum Wanita? Kata penindasan sebenarnya sudah tidak asing lagi di kalangan mahasiswa. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia penindasan di artikan sebagai proses, cara menindas. Dilihat dari segi istilah menurut penulis penindasan di artikan sebagai cara yang dilakukan baik itu kelompok atau individu untuk memeras, memaksa, menekan, membatasi baik itu secara fisik maupun psikis. Saya yakin dan percaya bahwa pembaca telah banyak menemukan yang namanya penindasan baik dalam bentuk tulisan, cerita dari mulut kemulut, video yang di unggah di media sosial dan lain sebagainya. Tapi yang menjadi pertanyaan penting adalah bagaimana respon anda terhadap hal tersebut? Apakah anda adalah salah satu orang yang setuju akan adanya penindasan terhadap Wanita?, apakah ...